Cara Orang – Orang Pesantren mencintai NKRI
Hari Santri Nasional (HSN) yang jatuh pada 22-Oktober ramai diperingati oleh seluruh elemen bangsa di berbagai penjuru Tanah Air Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terutama para santri. Istilah santri tidak lagi bermakna khusus, dalam arti hanya orang yang belajar dan bermukim di pesantren. Ada juga pemaknaan santri secara garis besar, yaitu semua elemen bangsa yang pernah belajar agama Islam yang keilmuannya dari pesantren yang berciri ahlusunnah wal jamaa’ah (aswaja) an-nahdliyyah.
Baik yang tergabung dalam lembaga madrasah diniyah, tsanawiyah, ‘aliyah, madrasah formal, majlis taílim, dan pada guru yang pernah belajar di pesantren, juga dianggap sebagai seorang santri. Disini pengistilahan santri mencakup banyak elemen sehingga mempunyai nilai fungsional produktif bagi bangsa secara keseluruhan. Santri juga menjadi bagian yang tak dapat terpisahkan dari bangsa ini, bahkan santri menjadi aset yang sangat kuat dan berharga untuk NKRI.
Termasuk antusiasme santri Kajen (Kajen, Margoyoso, Pati) dalam memperingati HSN ialah dengan bersama-sama menyanyikan lagu “ya lal wathon”, dan berjalan mengelilingi tiga desa, yaitu kajen, ngemplak dan cebolek (yang biasa warga kajen sebut sebagai karnaval). Yang kemudian memiliki arti bahwa dengan adanya karnaval seluruh warga kajen dan sekitar mengetahui bahwa santri ialah NKRI, karena dakwah tidak melulu persoalan verbal.
Yang kemudian memiliki arti bahwa dengan adanya karnaval seluruh warga kajen dan sekitar mengetahui bahwa santri ialah NKRI, karena dakwah tidak melulu persoalan verbal.
disamping itu dalam rangka memeriahkan HSN, setiap pondok pesantren mengadakan berbagai lomba, diantaranya yaitu diadakannya lomba puisi, debat kitab, membaca kitab, dan masih banyak lagi, dari semua santri banyak sekali yang berantusias mengikuti acara tersebut dengan bahagia.
Kaum santri-santri mampu menggabungkan suatu pemahaman antara kebangsaan dan ke-Islaman sekaligus. Selain itu, tidak hanya brfikiran kepada teori-teori akademis, tapi juga melakukan aksi nyata untuk kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Dari sejak dulu santri mampu mempersatukan seluruh bangsa dan meminimalisasi potensi perpecahan antar suku dan bangsa. Dengan mengajarkan sebuah semboyan yaitu “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” menjadi salah satu filosofi santri dalam memperjuangkan bangsa ini.
Nilai Juang Santri terhadap NKRI
Para santri sejak zaman pra kemerdekaan yang dipimpin oleh beliau Hadlratus Syekh KH. M. Hasyim Asyíari, mereka aktif membangun kader-kader muda bangsa dengan asas nilai-nilai keimanan dan kebangsaan bagi para santri yang akan meneruskan jejak para pendahulunya.
Pesantren menjadi gerbang utama dan markas perjuangan dalam mempersiapkan kader-kader bangsa dan pesantren menjadi tempat untuk memperkuat perjuangan kemerdekaan. Hizbullah dan Sabilillah menjadi nilai-nilai kejuangan kemerdekaan bangsa. Kiai, santri, dan umat Islam berbondong-bondong menyatukan diri secara solid untuk mengusir penjajah dengan senjata apa adanya dan di sertai do’a.
Dari perjuangan kaum santri ternyata membuahkan hasil, yaitu kemerdekaan bangsa yang diimpikan sejak dulu yang dipersembahkan untuk generasi mendatang supaya dikembangkan menjadi bangsa yang cerdas dan berprestasi. Hubbul wathan minal iman (cinta Tanah Air) itu termasuk tanda sebagian dari iman, yang menjadi doktrin terus menerus, sehingga menjadi sebuah sumber inspirasi dan motivasi mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan NKRI.
Dari sebuah lagu Ya Lal Wathon yang berbunyi :
ياَ لَلْوَطَنْ ياَ لَلْوَطَن ياَ لَلْوَطَنْ
حُبُّ الْوَطَنْ مِنَ اْلإِيمَانْ
وَلاَتَكُنْ مِنَ الْحِرْماَنْ
اِنْهَضوُا أَهْلَ الْوَطَن
اِندُونيْسِياَ بِلاَدى
أَنْتَ عُنْواَنُ الْفَخَاما
كُلُّ مَنْ يَأْتِيْكَ يَوْماَ
طَامِحاً يَلْقَ حِماَمًا
Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintamu dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku
Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintaku dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku
Indonesia Negeriku
Engkau Panji Martabatku
Siapa Datang Mengancammu
Kan Binasa di bawah dulimu
Dengan lagu ini KH Abdul Wahab Hazbullah dengan mudah mensosialisasi dan internalisasi doktrin hubbul wathan minal iman, beliau membuat syair inspiratif yang diberi nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air).
Yang artinya : ”Wahai Tanah Air, Wahai Tanah Air, Wahai Tanah Air, cinta Tanah Air itu termasuk sebagian tanda iman, dan jangan sampai engkau menjadi penghalang, bangkitlah penduduk Tanah Airku, Indonesia adalah negaraku, engkau adalah simbol kemuliaanku, setiap orang yang akan menjajahmu, pasti binasa seketika itu.” Didalam Syair tersebut mengandung banyak makna. Yang Pertama, mencintai Tanah Air termasuk tanda keimanan. Orang yang tidak mencintai tanah air berarti dia tidak ada keimanan dalam jiwanya. Kedua, menghalang-halangi kemerdekaan adalah perbuatan tercela.
Dalam mencintai NKRI para santri tidak hanya berjuang demi kemerdekaan, akan tetapi mereka membuat sebuah organisasi, aktif dalam berbagai organisasi, salah satunya mereka menjadi pengurus di dalam kepesantrenan di mana mereka mengurus para santri-santri junior agar mendapat pembelajaran yang baik dan menjadi insan yang sholih.
Di dalam sebuah kepengurusan mereka di ajari supaya dapat memecahkan sebuah masalah dengan baik dan tepat. Pengurus pesantren bertanggung jawab penuh atas para santri di pesantren. Dipesantren juga diajarkan doktrin agama yang benar dan sejalur dengan al- Qur’an dan hadist, agar mereka tidak mudah terpengaruh dengan adanya kelompok keras di luar sana.
Dari sekian banyak forum organisasi, khususnya yang terdapat dalam pesantren, akan sangat dapat dirasakan manfaatnya dari organisasi terseebut. Baik ketiks mereka menghabiskan masa libur di rumah, juga setelah boyong dan me-nyandang status alumni. Termasuk manfaat besar yang mereka rasakan adalah memiliki mental yang kuat saat menghadapi sebuah masalah, terutama saat harus berbicara didepan banyak orang.
Manfaat besar lain dari organisasi yang dapat dirasakan adalah mental leadership (kepemimpinan) ter-asah, memperluas pergaulan dan jaringan antar sesama makhluk sosial, meningkatkan wawasan dan pengetahuan, dan mampu mengatur waktu dengan sangat baik. Berorganisasi adalah sebuah wadah pembelajaran kerja nyata, di mana dipraktikkan langsung dari teori-teori yang dipelajari.
Selain itu, manfaat besar berorganisasi juga dapat merangsang tingkat kreativitas dalam memunculkan ide-ide, sehingga akan membentuk pribadi yang kreatif dan berpikir luas di luar dari kerangka baku. Ia juga mengajarkan pada kita untuk bisa mencari solusi dan pemecahan masalah, kerja keras, bertanggung jawab, pantang menyerah, kuat dalam meng-hadapi tekanan, dan tidak suka berpangku tangan.
*) Penulis ialah santri aktif Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul al- Fiqh