Al-Qur’an yang telah diwahyukan Allah SWT. kepada nabi Muhammad Saw. ayat demi ayat selama 23 tahun, merupakan sumber utaman bagi ajaran umat Islam. Pada dasarnya, al-Qur’an mengajak manusia agar mau menyembah dan mengabdikan dirinya kepada Allah SWT. dengan menjalankan syariat yang telah ditetapkan Allah dan rasul-Nya serta menjauhi larangan-Nya dan berakhlak mulia, baik kepada Allah maupun dengan sesama manusia dan makhluk lain.
KH. MA. Sahal Mahfudh, dalam Nuansa Fiqh Sosial menjelaskan, sebagai dasar pegangan hidup manusia, al-Qur’an mengacu ke arah tumbuhnya inspirasi yang terefleksikan dalam sifat, sikap, dan perilaku yang inheren pada eksistensi dan proses hidup manusia sebagai titah yang mulia. (K.H. MA. Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqh Sosial, LKiS Yogyakarta, 2004)
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surah adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir, Imam Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud di dalam ayat di atas adalah: “Sesungguhnya Aku (Allah) menciptakan mereka (Jin dan Manusia) agar Aku memerintahkan mereka untuk menyembah-Ku, bukan karena Aku membutuhkan mereka. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA. Yang dimaksud dengan “melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (adz-Dzariyat: 56): Yaitu agar mereka (manusia) mengakui penghambaan mereka kepada-Ku (Allah), baik dengan sukarela maupun terpaksa.Demikianlah menurut apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Menurut Ibnu Juraij, makna yang dimaksud ialah melainkan supaya mereka (manusia) mengenal-Ku (Allah). Ar-Rabi’ ibnu Anas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni kecuali untuk beribadah. As-Saddi mengatakan bahwa sebagian dari pengertian ibadah ada yang bermanfaat dan sebagian lainnya ada yang tidak bermanfaat. Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Niscaya mereka akan menjawab, “Allah.” (Az-Zumar: 38; Luqman: 25) Ini jawaban dari mereka termasuk ibadah. Akan tetapi, hal ini tidak memberi manfaat bagi mereka karena kemusyrikan mereka. Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini (Adz-Dzariyat: 56) adalah orang-orang mu’min.” (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 7, hlm. 396)
Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manusia memiliki peran sebagai hamba yang memiliki tanggung jawab untuk beribadah kepada Allah SWT. Sejauh mana manusia mampu memenuhi tanggung jawab (taklif), maka sejauh itu juga ia telah mendapatkan kemulian di sisi Allah SWT. Namun, meskipun manusia berperan sebagai hamba, ia juga diberikan kedudukan sebagai khalifah. Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 30:
وَاِ ذْ قَا لَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ اِنِّيْ جَا عِلٌ فِى الْاَ رْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَا لُوْۤا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ ۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ ۗ قَا لَ اِنِّيْۤ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka (para malaikat) berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Allah berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir, Imam Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud di dalam ayat di atas adalah: Allah memberitahukan karunia-Nya kepada anak cucu Adam, yaitu berupa penghormatan kepada mereka dengan membicarakan mereka di hadapan para malaikat sebelum mereka diciptakan. Allah berfirman: wa idz qaala rabbuka lil malaa-ikati (“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat”) artinya, wahai Muhammad, ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, dan ceritakan pula hal itu kepada kaummu.
Innii jaa’ilun fil ardli khaliifata (“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.”) Yakni suatu kaum yang akan menggantikan satu kaum lainnya,kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, sebagaimana firman Allah : Huwal ladzii ja’alakum khalaa-ifa fil ardli (“Dia-lah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi.”) (QS. A1-An’aam: 165). Juga firman Allah: “Kalau Kami menghendaki, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi ini malaikat-malaikat yang turun temurun.” (QS. Az-Zukhruf: 60)… .” (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1, hlm. 164)
Kesimpulan yang bisa diambil dari dua ayat di atas adalah bahwa manusia memiliki dua peran penting dalam kehidupan ini. Dua peran tersebut adalah sebagai hamba dan khalifah di muka bumi.
_____________________________________
Kontributor: Yogi Marsilo, santri Ma’had Aly Pesatren Maslakul Huda semester V