Tengah malam itu, Jumat, 24 Januari 2014, Rais Aam Syuriah PBNU KH MA Sahal Mahfudh dinyatakan berpulang ke rahmatullah. Kiai Sahal wafat di kediamannya setelah beberapa hari dirawat di RSUD Dr Kariadi Semarang, Jawa Tengah.Jarum jam menunjukkan pukul 01:05 WIB. Kediaman Kiai Sahal di kompleks Pesantren Maslakul Huda Kajen-Margoyoso-Pati, Jawa Tengah, tampak sepi. Beberapa menit sebelumnya keluarga inti dan sebagian santrindalem bergantian menuntun Kiai Sahal melafalkan bacaan tahlil dan beberapa surat pendek.
“Beliau masih bisa mengikuti meski suaranya lemah dan terbata-bata. Tapi masih jelas terdengar,” ujar salah satu santri ndalemtersebut. Lalu, ia membangunkan Dr Imron Rosyadi lantaran alat yang menempel di badan Kiai Sahal menunjukkan garis horizontal.
Dr Imron kemudian memeriksa kondisi terakhir sang kiai. Akhirnya, sang dokter berkata lirih, “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun.” Ia mengambil kesimpulan bahwa ulama kharismatik ini telah wafat.
Dokter pribadi Kiai Sahal ini, sejak Kamis (23/1) sore agaknya telah bersiap untuk situasi terburuk sekalipun. “Nanti malam siap-siap melekan (terjaga-red.) yaa,” tutur santri ndalem Kiai Sahal menirukan Dokter Imron, usai acara haul di Kajen-Pati beberapa hari lalu.
Kepada NU Online, santri yang tidak berkenan disebut namanya itu seperti menangkap sesuatu yang lain dari pernyataan sang dokter. “Tidak biasanya Dokter Imron bilang kayak gitu. Tapi, sayandak berani mikir aneh-aneh. Mungkin beliau sudah punya itungan medis tersendiri,” ujarnya sembari menyedot sebatang rokok di tangannya.
Ia menambahkan, kesehatan Kiai Sahal menurun beberapa kali pasca-rapat pleno PBNU di Wonosobo hingga Munas Alim Ulama-Konbes NU di Kempek-Cirebon, 2013 silam.
Kiai Sahal, berpulang di tengah banjir besar yang mengepung kota Pati dan sekitarnya. Praktis, para pelayat pun tertahan di beberapa tempat. Bahkan, para elit PBNU dan Majelis Ulama Indonesia, kesulitan menerjang banjir untuk memberikan penghormatan terakhir kepada ulama ahli Ushul Fiqh ini.
Wafatnya rais aam tiga periode (1999-2004, 2004-2009, 2010-2015) dan Ketua Umum MUI tiga periode (2000-2005, 2005-2010, 2010-2015) ini kemudian menjadi headline hampir semua media arus utama. Tulisan opini yang mengulas pemikiran Kiai Sahal juga tersebar di berbagai media.
Selain wafatnya Kiai Sahal, sejumlah peristiwa penting terjadi pada tanggal 24 Januari. Pada tahun 41 Masehi, Kaisar Romawi Kaisar Gaius, dikenal untuk kelakuan eksentriknya dan despotisme kejamnya, dibunuh oleh prajuritnya.
Sementara itu, di Nusantara pada 1905, Sultan Muhammad Seman, putra Pangeran Antasari gugur oleh Belanda yang menjadi pertanda berakhirnya perlawanan rakyat dalam Perang Banjar di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Lalu, pada 1678, Joan Maetsuycker, kepala VOC di Batavia antara tahun 1653-1678 meninggal pada tahun tersebut saat masih menjabat. Selain wafatnya para tokoh tersebut, pada 24 Januari 1916, Jenderal Besar Sudirman lahir di Bodas Karangjati-Rembang-Purbalingga, Jawa Tengah.
Peristiwa tak kalah penting lainnya, pada 2001, saat Presiden KH Abdurrahman Wahid menjadikan Tahun Baru Imlek 2552 sebagai hari libur fakultatif di Indonesia. (Musthofa Asrori/Mahbib)