Mahally.ac.id – Himpunan Santri Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda sukses menggelar acara Seminar yang bertempat di auditorium Pesantren Maslakul Huda pada hari Jum’at, 19 Mei 2023 M/29 Syawal 1444 H dari pukul 08.00 sampai dengan 10.00 WIB.
Acara ini berlangsung secara luring dan daring dengan mengusung tema “Pesantren dan Nasionalisme“, narasumber acara ini merupakan Wakil Pengasuh Pesantren Putri Al-Badi’iyyah, Ibu Nyai Hj. Tutik Nurul Janah, S.H.I, M.H. juga penggiat literasi pesantren yang telah menerbitkan beberapa buku serta jurnal yang terindeks dalam google scholars, dimoderatori oleh Umami Chamida Di Millinia, santri Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda.
Dalam seminar tersebut, Ibu Nyai Tutik menyampaikan pertautan antara dunia pesantren dan nasionalisme dari sisi historis yang prinsip-prinsipnya dapat diterapkan pada era sekarang. Beliau menjelaskan bahwasanya KH. MA. Sahal Mahfudh menuturkan pesantren itu memang suatu lembaga pendidikan, akan tetapi bukan hanya sebagai lembaga pendidikan melainkan sekaligus sebagai sistem pendidikan. Sementara itu, beliau juga menjelaskan bahwa nasionalisme yang berakar pada kata nation (bangsa) berbeda dengan country (negara). Wilayah nusantara lahir menjadi suatu negara baru diakui pada 17 Agustus 1945, akan tetapi Indonesia sebagai suatu bangsa telah lahir terlebih dahulu sejak dimana masyarakat nusantara telah bersatu dalan gerakan nasional pada awal abad 19.
Ibu Nyai Tutik yang juga merupakan dosen Institut Perguruan Islam Mathali’ul Falah Pati (IPMAFA) kembali menjelaskan bahwa dari sisi historis, pesantren ada di wilayah nusantara. Menurut para ahli terdapat 7 teori, dimana salah satunya menyatakan bahwa cikal bakal pesantren telah ada semenjak era Maulana Malik Ibrahim. Kemudian melalui dakwah yang dilakukan Walisongo, masyarakat mendatangi ndalem kyai untuk mengikuti pengajian yang dilakukan dengan mendirikan gubuk-gubuk disekitar ndalem kyai. Dalam sistem pembelajarannya masih menekankan pada sorogan dan bandongan tanpa klasifikasi kelas seperti padepokan-padepokan hindu budha baik yang diikuti oleh kaum Arya dan Brahma maupun ilmu kanuragan yang diikuti masyarakat secara umum.
Kemudian beliau menjelaskan bahwasanya berbeda dengan pendidikan-pendidikan yang ada di Nusantara kala itu baik yang dibawa oleh hindu budha maupun belanda semuanya terbatas pada golongan tertentu. Sedangkan dalam pesantren, ilmu pengetahuan dapat diakses oleh semua kalangan tanpa memandang status sosial. Dunia pesantren juga cepat dalam membaca zaman, seperti saat belanda memperkenalkan wajah baru pendidikan modern dengan sistem klasikal, pesantren dengan cepat dapat menyerap sistem tersebut untuk diakulturasi dengan sistem pesantren era sebelumnya. Oleh karena itulah, pesantren memiliki kelebihan tersendiri, sehingga sudah sepatutnya pada era kolonial semangat nasionalisme yang tertanam pada masyarakat pesantren (baca : santri) mempunyai semangat juang yang tinggi, yang mana prinsip-prinsip semangat juang tersebut dapat kita ambil kemudian kita terapkan pada era sekarang sebagai bentuk cinta terhadap tanah air. Bukan hanya mengkritisi semua yang terjadi di wilayah nusantara namun juga menerima serta mendukung semua hal terkait masa depan bangsa Indonesia.
Acara ini diikuti oleh santri-santri baru serta santri lama Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda baik banin maupun banat dengan sangat antusias. Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab juga penyerahan penghargaan dari panitia kepada narasumber. Untuk lebih lengkap sesi seminar dapat disaksikan dalam kanal youtube pesantren Maslakul huda https://youtube.com/live/ZKgZw1gzuG4?feature=share.
Mohammad Khizam Ali, Santri Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul al-Fiqh semester 3/anggota Jurnalistik & Media HIMAM 23-24.