Membedah Alasan Keberadaan Hari Santri Nasional
Jika melihat munculnya “Hari Santri Nasional” (HSN) yang ditentukan oleh Presiden RI ke- 7 yaitu bapak Joko Widodo (Jokowi). Alasan dipilihnya 22 Oktober sebagai tanggal peringatan Hari Santri Nasional adalah karena pada tanggal tersebut telah terjadi peristiwa bersejarah bagi Indonesia saat itu (1945), di mana pada saat itu Indonesia merupakan negara yang berdaulat dan merdeka. Presiden Jokowi mengatakan, “kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari jiwa jihad para santri”. Alasan yang paling dasar ditetapkannya 22 Oktober sebagai HSN ialah tanggal di mana KH. Hasyim Asy’ari mengusulkan resolusi jihad untuk mencegah tentara kolonial Belanda yang mencoba mengembalikan kekuasaannya di Hindia Belanda.
KH. Hasyim Asy’ari mengetahui bahwa posisi Indonesia sudah merdeka. Kemudian, KH. Hasyim Asy’ari menghimbau setiap masyarakat dan seluruh santri-santrinya untuk memperjuangkan negara dan melawan agresor yang ingin merebut kembali kendali atas Indonesia melalui Dutch-Indian Civil Administration (NICA).
Beliau menyebutkan bahwa “Membela tanah air dari penjajah adalah fardhu a’in bagi setiap orang atau wajib.”
Seruan jihad oleh KH. Hasyim Asy’ari memunculkan semangat juang para santri-santrinya di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Tiga hari pertempuran sengit (27-29 Oktober 1945) mengakibatkan kematian komandan brigade Aulbertin Walter Sothern Mallaby. Jenderal Malaby meninggal pada tanggal 30 Oktober 1945. Saat itu, mobilnya dibom oleh pejuang Indonesia di kawasan Jembatan Merah Surabaya.
Kerajaan Inggris tidak menerima kematian Brigadir Jenderal Mallabi, mereka sangat marah sehingga mereka dan sekutunya menjadi penyebab perang bersejarah di Indonesia setelah kemerdekaan pada 10 November 1945. Saat itu, sedikitnya 7.000 tentara Indonesia tewas di Surabaya dan 200.000 warga sipil mengungsi dari Surabaya.
Kita bisa membayangkan gejolak negara saat itu. Pasukan yang sangat menonjol saat itu adalah para santri dan atau pelajar yang membela NKRI, mereka tidak takut mati. Oleh karena itu, penulis belajar bahwa dengan memperingati peristiwa besar, maka akan dapat mengingat orang-orang yang berpengaruh dalam peristiwa besar tersebut seperti misalnya, KH. Hasyim Asy’ari, dan para santri serta pelajar yang tak takut mati.
Selain itu, dalam pendidikan sejarah bangsa Indonesia, orang-orang hebat seringkali mengingat suatu peristiwa sejarah. Misalnya pada penyerangan umum 1 Maret lalu, yang muncul adalah gambar Soeharto atau Hamengku Buwono IX, mengingat Soekarno atau Bung Hatta saat kemerdekaan diproklamasikan. Bahkan pada Hari Pahlawan tanggal 10 November, tokoh yang paling menonjol adalah Bung Tomo.
Oleh karena itu, Hari Santri bisa dikatakan sebagai cara untuk memberikan sejarah kepada banyak orang yang bisa saja sampai dihari tua belum mengenal tentang “resolusi jihad”. Orang-orang yang berjuang di provinsi Surabaya dan Jawa Timur tidak bisa dianggap remeh dalam mencari kemerdekaan negeri ini.
Hari Santri bisa dikatakan sebagai cara untuk memberikan sejarah kepada banyak orang yang bisa saja sampai dihari tua belum mengenal tentang “resolusi jihad”.
*) Penulis adalah santri aktif Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul al- Fiqh