DI MAHALLY KU MENYANTRI

Sekilas tentang Mahally

Mahally yang merupakan singkatan populer dari “Ma’had Maslakul Huda Hajain al-Aly”, atau lebih lengkapnya Ma’had Aly Maslakul Huda fi Ushul al-Fiqh Kajen Margoyoso Pati, merupakan lembaga formal kepesantrenan tingkat perguruan tinggi yang telah diakui legalitasnya. Seperti namanya, lembaga ini berfokus pada pengembangan ilmu ushul fiqh.

Selain lembaga yang berbasis pesantren sebagai ciri khasnya, Mahally juga memiliki karakteristik keilmuan yang unik yakni “Fiqh Sosial” yang merupakan terobosan baru dalam memahami fiqh, menjadikan Mahally lebih istimewa lagi. Terobosan yang digagas oleh Kyai Sahal Mahfudz tersebut, menjadi pembelajaran khusus yang dipelajari di Mahally.

Meskipun baru berjalan beberapa tahun, lembaga ini semakin berkembang kearah yang lebih baik, ilmu sosial ataupun filasafat menjadi pelajaran tetap yang dipelajari. Hal ini menjadikan para santri tidak hanya paham akan ilmu-ilmu kepesantrenan, tapi juga paham akan ilmu-ilmu modern tentang pengetahuan kemasyarakatan.

Sejauh yang saya pahami dari Mahally, lembaga ini sangat kental akan budaya kepesantrenan, selain dikarenakan lokasinya yang berada di desa pesantren, lembaga ini juga dipenuhi oleh para santri dari kalangan pesantren yang notabenya “santri tulen”, istilah “santri tulen” dipakai untuk santri yang telah menghabiskan banyak waktunya di pesantren. Singkatnya, Mahally merupakan lembaga formal tingkat perguruan tinggi yang berbasis pesantren.

Nyantri di Mahally

Selama dua tahun pengalaman ‘nyantri” di Mahally, keseharian sebagai seorang santri (sebutan santri lebih disukai dari pada mahasantri) adalah hal yang paling unik, para santri terbiasa makan bersama dalam satu tapsi, tidur bersama dalam satu ruangan dan lain-lain. Kebersamaan adalah hal yang paling utama, dan perbedaan pendapat adalah hal yang dianggap biasa. Para santri terbiasa berkumpul bersama untuk bertukar pendapat ataupun sharing pengetahuan, dan perbedaan pendapat pasti tidak dapat dihindari. Meskipun begitu, perbedaan pendapat tidak menyebabkan mereka menjadi saling membenci satu sama lain. Akan tetapi, perbedaan pendapat menjadikan mereka saling melengkapi.

Tidak seperti perguruan tinggi pada umumnya, Mahally yang saya ketahui, dipenuhi dengan kesederhanaan. Para santri berangkat kuliah mengenakan sarung dan pakaian yang sederhana pula, sandal jepit sudah menjadi hal yang biasa dipakai, justru akan aneh jadinya bila salah satu santri berangkat dengan pakaian yang kekinian, meskipun begitu, pengetahuan para santri Mahally tidak kalah kekiniannya dengan mahasiswa perguruan tinggi lain.

Akhlaq terhadap para guru (dosen) juga tergambar jelas dalam perilaku para santri, karna menghormati guru adalah ajaran dasar di dalam pesantren, sudah sepatutnya bagi para santri untuk terbiasa mengamalakannya, barokah dari para guru masih sangat diperhitungkan, sebagai hasil maksud dalam mencari ilmu.

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari nyantri di Mahally adalah “nyantri di Mahally insyaallah manfaat dan berkah” amin.


*Nurunnadiya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *