Pesantren Dan Gempuran Era Teknologi
Oleh : Iffi Millah Kamilah Achmad
Bermula dari kemunculan pesantren yang bisa dikatakan sulit untuk mendapat pengakuan dari khalayak umum bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan berbasis agama asli dari Indonesia, hingga akhirnya kini pesantren bisa menjadi salah satu lembaga yang sudah menjamur di Indonesia dan semakin eksis diminati banyak masyarakat Indonesia. Namun ternyata perjuangan pesantren tidak hanya sampai situ saja, pada realitanya di zaman yang semakin maju pesantren yang sering kali dianggap “terbelakang” oleh masyarakat Indonesia dalam hal teknologi, secara tidak langsung dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi yang ada namun tetap berdampingan dengan sisi unik dan khas pesantren. Bagaimana bisa? (Catatan, teknologi dalam konteks ini ialah teknologi informasi dan komunikasi.
Keterkaitan pesantren dengan sumber daya manusia, baik pesantren salaf maupun khalaf, keduanya sama-sama dituntut untuk melahirkan generasi-generasi intelek muslim yang tidak hanya berakhlaqul karimah dan memiliki ruh qur’ani serta kedalaman ilmu syari’at islam, namun juga mempu menjadi manusia yang layak untuk menjadi teladan di tengah masyarakat era teknologi, dalam artian memiliki pemahaman dan pengamalan yang kuat dalam syari’at-syari’at islam serta kepekaan yang mumpuni dalam mengimbangi gempuran era masa kini. Contoh nyata yang secara pribadi penulis sangat kagumi yang mana beliau memiliki intlektual dan integritas tinggi, beliau, Alm. KH. M. A. Sahal Mahfudz.
Hal yang perlu diperhatikan dalam rangka mewujudkan pesantren yang dapat melahirkan generasi-generasi intelek muslim yang siap untuk menghadapi gempuran era masa kini yakni adanya pembaharuan dalam pelbagai aspek, baik dari segi kurikulum, manajemen, sarana-prasarana, sistem evaluasi, guru, dan tentunya teknologi yang terus menerus dilakukan secara bebarengan oleh seluruh masyarakat sebab pesantren bukan hanya milik umat Islam saja, melainkan milik seluruh komponen bangsa tercinta Indonesia. Maka, apa yang selanjutnya akan terjadi jika aspek-aspek tersebut tidak diwujudkan secara bersama-sama? Mau tidak mau, ingin tidak ingin, eksistensi pesantren akan terancam. Sebab dari itulah, pesantren-pesantren yang ada hingga saat ini harus berani dan mau untuk beradaptasi dengan era sekarang. Didukung dengan sudah disahkannya UUD Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SisDikNas) dan Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan yang menjadi lampu hijau serta peluang yang bagus bagi pesantren untuk mewujudkan segala cita-citanya dan menjawab tuntutan yang ada padanya, yakni melahirkan generasi Indonesia yang berjiwa islami serta tidak bertindak diskriminasi terhadap pendidikan pesantren sebagaimana yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya.
Ketika membahas teknologi dalam pesantren, akan selalu ada pro dan kontra. Bagi kaum kontra, mereka berpandangan bahwa teknologi yang memasuki atau turut campur tangan ke dalam dunia pesantren lambat laun akan melunturkan kekhasan pesantren itu sendiri juga dikhawatirkan santri akan lebih tertarik dengan teknologi dan meninggalkan kitab kuningnya. Adapun bagi kaum pro, justru teknologi merupakan “jalan lain” atau sarana lain yang sangat amat berguna untuk menyelami lebih dalam informasi-informasi terkini serta berlatih menganalisanya dengan ilmu agama yang sudah dimiliki, dan teknologi itu sendiri memiliki banyak manfaat bagi pesantren maupun santrinya seperti menjadi pendukung dalam cara belajar serta cara berkomunikasi santri menjadi lebih efektif, efisien, dan praktis, mengorganisir kegiatan-kegiatan di pesantren dengan metode yang terbaru, inovatif, juga instan, dan pada akhirnya akan tertuntut untuk meng-upgrade kualitas dan mutu penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar santri sebab sudah terfasilitasi teknologi informasi dan komunikasi. Berbanding terbalik dengan zaman dahulu dimana teknologi masih sangat asing di dunia pesantren sebab sarana-prasarana yang sangat amat terbatas sehingga tidak heran jika pesantren dianggap lembaga pendidikan terbelakang dari segi teknologi dan informasi, alias kudet (kurang update).
Sekarang, jika masih ada yang mengatakan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tertinggal atau terbelakang dalam menghadapi gempuran era globalisasi dalam ranah teknologi maka ia salah besar. Al-Qur’an, yang menjadi bahan ajar utama dan terpenting di setiap pesantren, merupakan sumber dari segala sumber bagi umat Islam dan segala informasi ada didalamnya. Adapun dalam ranah teknologi, dewasa ini sudah sangat banyak pesantren yang terbilang cukup akrab dengan teknologi.
Salah satu lembaga pendidikan berbasis kitab kuning yang sudah akrab dengan dunia teknologi ialah Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul al-Fiqh. Ma’had Aly yang diasuh oleh KH. Abdul Ghofar Rozin ini merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis kitab kuning yang mana sistem pengajarannya bisa dikatakan masih tradisional. Kendati demikian, jangan salah, walaupun santri-santri disini tetap diharuskan untuk bertempat tinggal di asrama dan kegiatan yang berlaku pun sama dengan pesantren lainnya, namun penggunaan teknologi bagi santri Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda sangat didukung sebagai penunjang lanjutan dalam proses belajar mengajar selain perpustaakaan yang juga sudah disediakan berbagai macam kitab baik klasik maupun kontemporer, berbagai macam fan buku, baik fan filsafat, sejarah, dan lain sebagainya. Selain fasilitas perpustakaan yang cukup memadai dan izin diperbolehkannya mengakses teknologi, pada tahun 2020 silam, penulis yang juga merupakan salah satu santri Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda, bersama beberapa teman lainnya diminta untuk menjadi perwakilan untuk mengikuti pelatihan Program Laptop for Builders dan Kompetisi Santri 4.0 yang diadakan oleh RMI PBNU yang bekerja sama dengan AWS (Amazon Web Service) yang bertemakan “Dari Santri Untuk Pesantren Dan Umat Islam” yang bertujuan untuk mencetak dan membentuk Santri Digital. Tidak hanya mengaji bandongan saja, tapi santri juga diberikan kesempatan dan izin untuk berkecimpung di dunia teknologi dengan harapan kelak menjadi manusia yang siap dan tahan banting dalam menghadapi berbagai tuntutan zaman yang menghadang dan agar lebih kreatif serta aktif dalam berdakwah atau menyebarkan ilmu Allah melalui teknologi yang di pelajari.
Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda merupakan salah satu contoh nyata bahwa dunia pesantren masa kini, baik khalaf atau bahkan pesantren salaf sekalipun sedikit banyak sudah bisa beradaptasi dengan era masa kini dan memiliki kemauan serta keberanian dalam berinovasi dengan kemajuan perkembangan zaman melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Kolaborasi luar biasa antara pesantren yang dikenal sebagai sarana melatih spiritual-religiusitas dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sangat diharapkan mampu mencetak dan melahirkan generasi-generasi intelek muslim, santri digital, serta manusia yang unggul dalam keduanya. Jika hal ini sudah mampu terwujud dengan baik dan angka presentasenya menunjukkann angka yang tinggi, maka pesantren sudah bisa dikatakan siap menghadapi gempuran-gempuran era teknologi masa kini. Wallahu a’lam.