Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda Fi Ushul al- Fiqh (Ma’had Aly PMH) menggelar prosesi wisuda perdana dan Taqdiimul kitāb Anwārul Baṣōir Ta’liqat Asybah wa an-ndzāir Li imam as- Suyuthi karya KH. MA Sahal Mahfudh. Sebanyak 38 santri diwisudakan pada kesempatan tersebut. Prosesi ini digelar di Halaman Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda Fi Ushul al- Fiqh (Ma’had Aly PMH) Kajen, Margoyoso, Pati pada hari Selasa (17/03/2020).
Sebagaimana integralistik, yaitu antara pesantren dan perguruan tinggi. Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda Fi Ushul al- Fiqh menandai kelulusan santri dengan memberikan sanad keilmuan yang telah dikaji selama kurang lebih 4 tahun. Disamping itu santri tetap melewati proses pembuatan skripsi, ujian membaca kitab, dan seminar umum skripsi yang dihadiri oleh seluruh santri Ma’had Aly PMH.
Berdasar laporan yang disampaikan oleh Mudir Ma’had Aly PMH, KH. Wakhrodi, MSI. bahwa sejauh ini Ma’had Aly PMH sudah merencanakan prosesi ini jauh-jauh hari dengan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi karena satu dan lain hal terutama kondisi akhir-akhir ini (pandemi COVID-19) kemudian wisuda itu menjadi disederhanakan. Beliau menyebutkan bahwa sejauh yang sudah direncanakan, akan ada dua tahap; tahap pertama internal antara pengasuh, wisudawan, dan wali dari wisudawan, dan tahap yang kedua dengan forum yang lebih besar dengan tamu yang lebih banyak.
Diakhir laporan, beliau menyampaikan pesan dan harapan kepada wisudawan agar apa yang telah diperoleh santri di Ma’had Aly Menjadi dasar yang kuat untuk kemudian dikembangkan dimasa depan dan dasar yang kuat untuk hidmatul islam wal muslimin.
Acara dilanjutkan dengan pembacaan fakroh kitab oleh wisudawan, kemudian sambutan pengasuh, pemberian ijazah sanad dan musalsal oleh KH. Abdul Ghofarrozin. Beliau dalam sambutannya berharap agar apa yang sudah diperoleh di Ma’had Aly dapat membawa manfa’at bagi wisudawan, orang-orang disekililingnya, fi ad-diin wa ad-dunya wal akhiroh. Beliau juga menyampaikan bahwa segala proses pembelajaran, ta’lim, tadriis, dan segala yang berkaitan dengan tarbiyah selama ini merupakan ikhtiar yang sudah dilakukan sepenuh hati yang kemudian hasilnya diserahkan kepada Allah SWT dengan barokah dan wasilah Masyayikh, guru-guru, dan Muassis Pesantren Maslakul Huda.
Disamping mendapat Ijazah Sanad oleh KH. Abdul Ghofarrozin, wisudawan juga mendapat ijazah oleh KH. Aniq Muhammadun, dari guru beliau Kiai Muhammadun yang diperoleh dari kitab al- Ghunyah Li Syeikh Abdul Qodir al- Jaelani yaitu perihal Kaifiyatu Sholatil Hajat. Beliau menyampaikan;
“mungkin adek-adek yang baru selesai kuliah ini masih banyak hajat, mungkin dengan sholat hajat ini bisa membantu hajat kalian agar dikabulkan oleh Allah SWT”.
Pada kesempatan yang sama, termasuk dalam rangkaian acara wisuda perdana Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul al- Fiqh. Yaitu Launching atau Taqdiimul Kitāb Anwārul Baṣōir Ta’liqat Asybah wa an-ndzāir Li imam as- Suyuthi karya KH. MA Sahal Mahfudh, oleh KH. Bahauddin Nur Salim Pengasuh PP LP3IA Al-Qur’an Narukan, Rembang.
Disela-sela kajian, beliau menyampaikan pesan penting kepada seluruh santri Ma’had Aly pada umumnya dan santri-santri wisudawan pada khususnya, bahwa tradisi imla’ (membuat ta’liqot (catatan)) saat mengaji pada gurunya itu suatu keharusan dan harus diteruskan. Beliau memaparkan:
“Tradisi imla’, makanya kenangannya imam Buwaithi “amla’a ‘alaina as- Syāfi’iyyu”. Kemudian di mu’in (kitab Fathul Mu’in.red) diterangkan misalnya “qōla as- Syāfi’iyyu fi al- Buwaithi”, jadi kalo periwayat imam as- Syāfi’i adalah imam al- Buwaithi, itu disebut “qōla fi al- Buwaithi” padahal Buaithi itu nama orang. Karena itu satu-satunya cara, Ulama’ setelah beliau-beliau ini, ngerti madzhabnya imam syafi’i”
Kemudian disela-sela kajian beliau menegaskan:
“Saya mohon kepada anak-anak Ma’had Aly, muhibbinnya mbah Sahal, tradisi itu harus diteruskan,”
“memang tradisi fiqh, harus seperti ketika mbah sahal ngaji ke mbah Zuber, ya mulai dulu memang seperti itu. Sehingga kenapa kitab itu butuh catatan?. Kata imam Ghozali, “kenapa banyak aliran yang salah? Karena ‘Umûmatu as-Syar’i itu pasti ada Syarāith atau ada catatan-catatan,” seng (yang.red) kata imam Ghozali “ ‘alīmaha al-‘Ulamāu,” Ulama’ itu tau kalau itu ada catatannya. Kemudian kelompok tertentu hanya ngambil umumnya, dan itu bahaya, kata imam Ghozali” terang beliau.
Tradisi imla’ (membuat ta’liqot (catatan)) saat mengaji pada gurunya itu suatu keharusan dan harus diteruskan.
KH. BAHAUDDIN NURSALIM
Rangkaian acara wisuda berlangsung lancar, penuh haru dan khidmat, ditutup dengan Doa bersama yang dipimpin oleh KH. Abdul Aziz Yasin. Dan diakhiri dengan sesi foto bersama.(Happi In Islami)
Berita terkait:
Suara Merdeka Jateng; 19/03/2020, (H49-30)
https://www.instagram.com/p/B9_iR4GpHRP/?igshid=1ju71y6pi7w09