[dropcap color=”#000000″]M[/dropcap]enko Polhukam Bapak Jendral TNI (Purn) Luhut B. Pandjaitan berkunjung di Provinsi Jateng. Hanya ada tiga tokoh tujuan Menko Polhukam Bapak Jendral TNI (Purn) Luhut B. Pandjaitan (Bapak Luhut) untuk bersilaturrahmi yakni H. Abdul Ghaffar Rozin putra KH MA Sahal Mahfudh di Pesantren Maslakul Huda (PMH) Kajen Pati, KH. Maimoen Zubair di Pesantren AL Anwar Sarang Rembang dan Habib Mohammad Luthfi bin Ali Yahya di Pekalongan.
Bapak Luhut didampingi Deputi I Mayjen TNI Swastono, Deputi VI Bapak Arief Moekiyat, Deputi VII Marsda TNI Agus R. Barnas, dan Staf Khusus Mentri. Rombongan tiba jam 09.45 WIB pada hari selasa 2 Febuari 2016. Di Pesantren Maslakul Huda sudah menunggu Ibu Nyai Hajah Nafisah Sahal, KH. Nafi’ Abdillah, KH. Aniq Muhammadun, KH Mujib Shaleh, H. Abdul Ghaffar Rozin, H. Zakki Abdillah, ustadz-ustadzh, santri putra-putri Pesantren Maslakul dan beberapa tamu undangan. Acara beliau di Pesantren cukup singkat karena hanya sowan ke ndalem kemudian pidato dan dialog bersama santri dan para tamu undangan di Aula Pesantren Maslakul Huda.
Kedatangan Bapak Luhut karena kekagumannya kepada sosok KH MA Sahal Mahfudh. Penyataan itu Beliau sampaikan saat berpidato di Aula Pesantren. Seringkali Gus Dur menyebut nama KH Sahal Mahfudh adalah orang NU di lapisan yang paling tinggi. Bahkan empat hari setelah menjadi presiden beliau sowan ke Ndalem (rumah) Kyai Sahal. Hingga sekarang muncul opini jika lapangan tempat Gus Dur mendarat menggunakan Helikopter, sekarang dinamakan “Lapangan Abdurrahman Wahid” di Desa Ngempak Lor. Yang kedua beliau ingin berbincang-bincang lebih dekat dengan santri-santri berkaitan dengan tiga masalah utama radikalisasi, terorisme, dan narkoba.
Radikalisme dan terorisme di Indonesia adalah sebuah alat yang digunakan untuk menumbangkan bangunan NKRI yang sudah berdiri kokoh. Pak Luhut berpesan pada santri-santri untuk tidak terpengaruh dengan gerakan-gerakan non NKRI. Dalam hal ini beliau menyadari bahwa peran NU untuk menjaga NKRI sangat besar, “kita beruntung ada NU, NU ini adalah satu pilar yang tidak dimiliki negara-negara lain yang membuat bangsa ini seperti sekarang ini jujur kalo ndak ada NU ini saya ndak bisa bayangkan Republik ini apa masih ada atau tidak … “ kata Pak Luhut.
Terakhir adalah isu narkoba. Setiap hari 30 – 50 orang meninggal gara-gara Narkoba. Menurutnya isu ini lebih mengerikan dari dua isu yang lain. Pengasuh Pesantren Maslakul Huda siap mengatasi penanggulangan penyebaran Narkoba, khususnya di Pesantren.
Akhirnya acara dialog telah selesai pukul 12.30 WIB. Semua tamu dipersilahkan untuk Ishoma. Setelah itu Pak Luhut melanjutkan perjalanan ke Ndalem KH. Maimoen Zubair di Pesantren AL Anwar Sarang Rembang. Namun sebelumnya beliau menyempatkan diri untuk mampir ke Institut Pesantren Mathali’ul Falah yang didirikan oleh Kyai Sahal. Kampus riset berbasis nilai-nilai pesantren.