Antusias Santri Dalam Mengikuti Acara Bedah Buku ” Literasi Digital Santri Millenal”

Oleh : Vina Rahma Sania ( Santri Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda)
Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda Fi Ushul Fiqh mengadakan acara seminar Bedah Buku “Literasi Digital Santri Milenial” dengan dinarasumberi sang penulis sendiri yaitu Bapak K.H.Dr. Abdulloh Hamid, M.Pd. Acara tersebut dilaksanakan hari Sabtu, (18/12) pada pukul 13.00 WIH. Acara ini dihadiri oleh santri Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda, santri putri Al-Badi’iyyah, santri Maslakul Huda Putra, dan beberapa tamu undangan dari pesantren lain sekitar kajen.

Peserta bedah buku terlihat antusias mengikuti acara ini. Dengan gaya penyampaian Bapak Abdulloh Hamid yang asyik dan seru membuat audiens pun ikut semangat dan menerima informasi dengan antusias. Dalam seminarnya, beliau memaparkan beberapa pesan kepada santri dalam memilah berita di erabanjirnya informasi ini
Literasi Digital adalah sikap sadar dan kemampuan seseorang terhadap informasi, seperti mengakses informasi, mengelolanya, mengintegrasikan informasi, mengevaluasi peredaran informasi, menganalisis serta menyintesis, dan menciptakan ekspresi medianya.
Dalam tradisi pesantren, ada beberapa konsep yang sejalan dengan pengertian Literasi Digital sebelumnya yaitu; Pertama, Tabayun yaitu konfirmasi, cek dan ricek atas kabar apa pun. Sebab, suatu kabar mempunyai dua kemungkinan; bisa benar dan bisa salah. Kedua, tashawwur dan tadabbur. Dua istilah ini bisa kita temukan dalam mantiq, ilmu yang mempelajari tentang logika. Ketiga, takhrij hadits. Takhrij merupakan derivasi dari kata kharaja yang berarti “keluar”. Kata kharaja bersifat lazimi (intransitif), dan ketika ‘ain fi’il-nya digandakan (tasydid), ia menjadi muta’addi (transitif) yang dengan sendirinya mengubah arti. Secara etimologis, ia bermakna “mengeluarkan”
Hidup di era pesatnya perkembangan teknologi memudahkan kita mendapatkan informasi dengan mudah. Sebagai seorang santri yang hidup di era milenial, kita juga harus pintar memilah informasi yang banyak bertebaran di media sosial. Yaitu dengan disaring terlebih dahulu, dan bukan hanya menelan mentah-mentah berita yang dibaca karena bisa jadi itu adalah berita bohong/hoax yang ditulis dan disebarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Tak hanya itu untuk membuktikan bahwa santri juga produktif hendaknya juga dilatih untuk aktif dalam dunia kepenulisan. Karena menulis itu keterampilan bukan bawaan, oleh karena itu harus dipaksa dan dilatih agar terbiasa.
Diakhir seminarnya beliau banyak memberikan pesan penting salah satunya yaitu,
“menulislah biar dikenang, berbicaralah biar dikenal, bergeraklah biar ditulis”.