NASIONALISME SEBAGAI REPRESENTASI ‘IMARATU AL ARDL KAUM PESANTREN

Kolom Santri1433 Dilihat

NASIONALISME SEBAGAI REPRESENTASI ‘IMARATU AL ARDL KAUM PESANTREN

Oleh : Niswatus Sa’idah

Psantren memiliki sejarah yang panjang dalam memperjuangkan lestarinya syi’ar agama islam, bahkan sejak sebelum penjajahan Belanda sampai sekarang, ia senantiasa mempertahankan eksistensinya. Sebagai suatu komunitas agamis, ia juga ikut serta berperan menorehkan sejarah perjuangan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan sejak masih dalam masa kerajaan-kerajaan Nusantara berdiri, pesantren dengan ramah mensyi’arkan agama islam dengan cara akulturasi budaya oleh para ulama dan wali songo, dikarenakan banyaknya perbedaan di masyarakat serta menghindari terjadinya perpecahan dan peperangan di Nusantara.

Perjuangan kaum pesantren yang ada baik sejak sebelum maupun sesudah penjajahan di Indonesia cukup kuat menunjukkan betapa besarnya tekad nasionalisme dalam jiwa mereka. Kerelaan untuk berjuang dengan sepenuh jiwa dan raga bahkan mengorbankan nyawa mereka demi membela tanah air hingga membuahkan hasil lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka. Pada saat masa penjajahan, pesantren berperan sebagai benteng dalam memperjuangan kaum tertindas dan menjadi motor penggerak memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan bagi seluruh rakyat Indonesia atas penjajah. Dengan begitu pesantren tidak hanya tampak berperan dalam dimensi keislaman yang pasif, namun juga berkontribusi dalam menjaga keutuhan NKRI dari berbagai ancaman.

Nasionalisme merupakan suatu sikap politik atau pemahaman dari masyarakat suatu bangsa yang memiliki kesamaan cita-cita dan tujuan sehingga timbul rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari ancaman internal maupun eksternal. Sebagai warga negara yang baik haruslah menancapkan rasa nasionalisme yang kuat di dalam dada sebagai bentuk rasa cinta terhadap tanah air dan penghargaan terhadap perjuangan para pahlawan terdahulu. Tidak terkecuali bagi para santri, mereka hendaklah mewarisi semangat perjuangan para ulama terdahulu dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara ini.

Pada masa sekarang pesantren tidak pernah berhenti menjalankan perannya dalam ranah keagamaan juga perannya sebagai agen perubahan negeri. Selain dididik dengan nilai-nilai agama, para santri juga dididik dengan nilai-nilai nasionalisme dalam rangka membangun karakter kebangsaan. Hal ini telah lama dicerminkan dalam ekosistem pesantren yang heterogen namun bisa bersatu dan melebur perbedaan yang ada dan memiliki tujuan atau cita-cita yang sama. Dengan ini menunjukkan bahwa pesantren telah merealisasikan faham nasionalisme sejak dini di wilayahnya sendiri. Dan seterusnya pesantren melakukan beragam upaya pembekalan santri untuk menghadapi hal-hal yang mengancam keutuhan NKRI. Sebagai contohnya, ketika Islam berada di tengah era modernisasi rawan dipandang sebagai agama teroris. Lembaga-lembaga Islam seperti pesantren dituduh sebagai tempat kaderisasi radikalisme dan terorisme, sehingga para santri sampai dicurigai sebagai oknum yang radikal dan teroris. Pandangan seperti ini tentu sangat merugikan pesantren yang dianggap tidak menjalankan nilai-nilai nasionalisme atau cinta tanah air. Padahal jika menilik sejarah Indonesia, sudah jelas perjuangan pesantren sangatlah besar dalam membela bangsa dan negaranya. Telah dibuktikan dengan jasa para ulama dan para santri yang telah mencurahkan segenap jiwa dan raga mengusir penjajah demi menjaga keutuhan dan persatuan bangsa Indonesia.

Sejatinya manusia harus menjaga keseimbangan antara urusan duniawi dan ukhrawi, terlebih manusia memiliki dua tugas sebagai khalifatullah fi al ardl, yakni ibadatullah dan ‘imaratu al ardl. Dengan membawa spirit ini, pesantren tidak hanya berperan sebagai suatu institusi keilmuan yang hanya berfokus pada nilai-nilai keagamaan namun juga menjalani perannya sebagai motor penggerak peradaban di bumi, khususnya di Indonesia. Nasionalisme menenjadi salah satu representasi dari sikap yang mencerminkan tugas ‘imaratu al ardl, yakni menjaga ketentraman dan kesejahteraan di bumi, sehingga dalam menyiapkan insan yang shalih, pesantren senantiasa berupaya menanamkan nilai-nilai nasionalisme dalam setiap individu santri. Diwujudkan di antaranya melalui upaya penanaman nilai-nilai ke-aswaja-an yang moderat, deradikalisasi santri, serta pendidikan bela negara untuk membekali santri menghadapi tantangan zaman.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *