Keberadaan ulama selalu dibutuhkan masyarakat karena mereka dipandang sebagai pewaris Nabi. Mereka menggantikan nabi untuk memberikan solusi kemasyarakatan yang berkembang sesuai tuntutan zaman.Di Indonesia,jumlah ulama cukup banyak tetapi untuk ulama bergender perempuan masih dirasa kurang. Oleh karena itu diperlukan adanya kaderisasi ulama perempuan melalui segala komponen berbasis pendidikan khususnya dalam pesantren-pesantren di nusantara ini.
Demikian isu-isu pembahasan dalam diskusi santri Ma’had Aly Maslakul Huda Fi Ushul Al-Fiqh kemarin (07/03/2017). Diskusi diisi oleh Nor Ismah, mahasisiwi program S3 LPDP di Leiden Belanda di sela-sela kunjungannya di pesantren Maslakul Huda. Tujuan diskusi ini untuk meningkatkan wawasan keilmuan dalam menggali dan memahami hazanah Islam tentang peran serta ulama dalam bermasyarakat.
Ismah mengajak peserta diskusiuntuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknyadalam rangka memenuhi penelitian-penelitian yang berkaitan dengan keulamaan perempuan. Ia juga mengutip pernyataan Profesor Azyumardi Azra bahwa studi tentang profil ulama di Indonesia masih sangat minim yang disebabkan dua hal: pertama, perempuan di Indonesia masih sedikit yang menguasai ilmu pengetahuan Islam,baik keilmuan tradisional seperti kitab kuning maupun keilmuan kontemporer. Kedua, tidak adanya pengeksposan profil-profil perihal ulama perempuan.
Perempuan asal Pekalongan ini merasa skeptis dengan pernyataan Azyumardi Azra tersebut. Realitanya majelis ta’lim atau pengajian di pedesaan dan perkotaan masih banyak diisi oleh ustadzah/dai yang dapat memberikan ceramah atau rujukan terkait problem hukum yang dihadapi masyarakat.
“Jadi sebenarnya mereka (ulama’ perempuan) yang berkiprah banyak dan memberi pendapat hukum namun tidak ada yang mengekspos dengan baik”. Tutur perempuan lulusan Mu’allimin-Mu’allimat Jombang ini.
Kemudian berdasarkan penjelasan yg dipaparkan Ustadz Harits salah satu musyrif Ma’had Aly terkait bagaimana metode pembelajaran di Ma’had Aly, kegiatan dan apa saja yg dipelajari Santri Ma’had Aly menurutnya (Ismah) keren dan hebat sekali artinya mereka dapat lulus dengan memenuhi salah satu kriteria orang yang dapat disebut sebagai ulama’ perempuan, sebagaimana yg dijelaskan Azyumardi Azra. Yang menurutnya ciri-ciri ulama ada 3:Pertama, mempunyai keahlian di bidang ilmu klasikal Islam serta mengetahui istinbath(penggalian) hukum dan juga kitab-kitab klasik yang dipakai di pesantren. Kedua, mampu menjadi uswah (teladan) yang baik bagi dirinya dan masyarakat, hal ini bisa ditunjukkan melalui kegiatan sehari-hari. Ketiga, mempunyai jama’ah dalam hal ini bisa dimulai dari kepekaan seseorang terhadap problematika masyarakat yang kemudian mau berusaha menyelesaikan persoalan itu dengan masyarakat. (Marita, Ilham, Robiuddin)