Revolusi “Mental” Sebagian dari Ibadah

Kolom Santri592 Dilihat

Saat ini tantangan kesehatan mental semakin besar karena tidak bisa terhindarkan dari hal hal yang tidak bisa kita kontrol seperti sosial media dll. Individu yang stress belum tentu gangguan mental, tapi stress yang berkelanjutan berpotensi menimbulkan gangguan mental. Maka dari itu Kita butuh peran seluruh masyarakat dan dukungan terbesar asalnya adalah dari keluarga. peran orang orang terdekat sangatlah penting. ketika ada yang terganggu dalam diri seseorang maka ada pula yang mereka butuhkan atau harus dipenuhi. Mental dan Spiritualitas itu 2 hal yang berbeda, Meskipun berbeda namun saling berkaitan dan mempengaruhi. “Revolusi mental sebagian dari ibadah” mengandung makna bahwa mengubah pola pikir dan mentalitas adalah bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah. Dengan memperbaiki mental, kita meningkatkan kualitas ibadah dan pengamalan ajaran agama islam. Ini menunjukkan bahwa perubahan mental bukan hanya soal pribadi, tapi juga sebagai upaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.

Lantas Apa itu kesehatan mental?, Kesehatan mental yaitu Kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut dapat menyadari kemampuannya, mampu mengatasi tekanan, dapat bekerja (aktivitas) secara produktif, dan mampu berkontribusi bagi komunitasnya.

(UU RI no. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa)

SEHAT JIWA

  1. Menyadari potensi
  2. Mengatasi tekanan kehidupan
  3. Produktif
  4. Kontribusi Masyarakat

▪ Gangguan kesehatan mental yang banyak ditemui apa saja?

1. Depresi

Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

2. Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan mental yang menimbulkan keluhan halusinasi, delusi, serta kekacauan berpikir dan berperilaku. Skizofrenia membuat penderitanya tidak bisa membedakan antara kenyataan dengan pikirannya sendiri.

3. Gangguan kecemasan

Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya merasa cemas atau takut secara berlebihan dan terus menerus dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Penderita gangguan kecemasan dapat mengalami serangan panik yang berlangsung lama dan sulit dikendalikan.

4. Gangguan bipolar

Gangguan bipolar adalah jenis gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati. Penderita gangguan bipolar dapat merasa sangat sedih dan putus asa dalam periode tertentu, kemudian menjadi sangat senang dalam periode yang lain.

5. Gangguan tidur

Gangguan tidur merupakan perubahan pada pola tidur yang sampai mengganggu kesehatan dan kualitas hidup penderitanya. Beberapa contoh gangguan tidur adalah sulit tidur (insomnia), mimpi buruk (parasomnia),  atau sangat mudah tertidur (narkolepsi).

Kecemasan yang berlebihan merupakan salah satu gangguan yang dapat membahayakan kesehatan dan mental. Islam mendorong umatnya untuk tidak cemas dan tetap optimis. Diterangkan dalam surat Ali Imran ayat 139:

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ.

Janganlah kamu (merasa) lemah dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang mukmin. Dengan memahami dan mengamalkan dalil-dalil ini, umat Islam diharapkan dapat menjaga ketenangan hati dan pikiran, serta selalu berpegang pada ajaran Islam dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Salah satu firman Allah yang menyinggung tentang obat bagi penyakit mental, Ada dalam surah Yunus ayat 57:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ

“Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin.”

Ditinjau dari segi bahasa, syifa merupakan bentuk isim mashdar شفاء “yang berasal dari fiil madhi شيف “yang artinya adalah kesembuhan, menyembuhkan atau mengobati. Pandangan M. Quraishh Shihhab menegaskan bahwa kata syifa memiliki arti penyembuhan atau pengobatan, serta digunakan untuk menyiratkan pemahaman tentang keterbatasan dari kekurangan, atau ketiadaan arah dalam memperoleh manfaat. Kitab Lisan al-Lisan menjelaskan bahwa syifa’ merujuk pada obat yang telah dikenal atau dipahami, dan memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dari rasa sakit. Merujuk pada pendapat di atas, obat dari penyakit (mental)adalah dengan terus berupaya mendengarkan dan menerima nasihat-nasihat baik dan memperbanyak ibadah yang salah satunya dengan mengamalkan kandungan Al-Quran.

Apabila hal tersebut telah ditempuh, segala penyakit hati yang berakibat pada sakitnya mental maupun jiwa akan lenyap. Peningkatan kualitas spiritual dan kedekatan kepada Sang Pencipta yang memberikan kedamaian di hati setiap manusia.

Sebagai bagian dari ibadah, revolusi mental berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, dari sikap malas menjadi rajin, dari sifat iri hati menjadi ikhlas, dan dari sikap egois menjadi lebih peduli terhadap sesama. Semua perubahan ini mencerminkan niat dan kesungguhan dalam beribadah karena Allah. Ketika seseorang memperbaiki mentalnya, secara otomatis ia akan lebih tulus dalam menjalankan ibadah, seperti shalat, puasa, dan sedekah, karena niat dan hati yang bersih.

Selain itu, revolusi mental membantu seseorang untuk selalu introspeksi, memperbaiki diri, dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, bahwa orang beriman harus selalu memperbaiki diri dan memperkuat iman mereka. Dengan pola pikir yang lebih baik, seorang Muslim akan lebih mudah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya, karena ia memahami makna dan hikmah di balik ibadah tersebut.

Lebih jauh, revolusi mental sebagai bagian dari ibadah juga menuntut kesadaran akan tanggung jawab sosial. Islam mengajarkan bahwa ibadah tidak hanya sebatas ritual, tetapi juga termasuk amal saleh, membantu sesama, dan menjaga lingkungan. Oleh karena itu, perubahan mental yang positif akan mendorong seseorang untuk menjadi pribadi yang amanah, jujur, dan penuh kasih sayang.

Dalam kesimpulan, revolusi mental adalah bagian integral dari ibadah yang mendalam. Ia membantu meningkatkan kualitas keimanan, kenyakinan, dan ketakwaan seseorang kepada Allah SWT. Dengan mental yang telah direvolusi dan dibersihkan, seorang Muslim akan lebih mudah menjalankan ibadah dengan tulus dan ikhlas, sekaligus memberi manfaat bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Maka, tidaklah berlebih jika dikatakan bahwa revolusi mental adalah bagian dari ibadah yang harus terus dipupuk dan dikembangkan sebagai bentuk pengabdian yang sebenar-benarnya kepada Allah SWT. 

 [1] Al- Qur’an Al-kariim

[2]https://www.ipkindonesia.or.id/media/2017/12/uu-no-18-th-2014-ttg-kesehatan-jiwa.pdf

[3] https://www.alodokter.com/kesehatan-mental

[4] https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-qalam/article/viewFile/3500/1596

Dina Zahrotus Suroya, Santri Aktif Semester 5.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *