Kewajiban membayar zakat merupakan salah satu pilar dari agama islam. Kewajiban membayar zakat bertujuan untuk menolong kaum – kaum yang membutuhknan, yang tercantum dalam 8 golongan mustahiq zakat. Dapat kita lihat bahwa perekonomian pada era dahulu dan sekarang itu berbeda. Apakah ketentuan – ketentuan dalam zakat mengikuti perkembangan zaman atau tidak ? Bagaimana dengan tanaman kelapa sawit ? Karna tanaman sawit adalah salah satu tanaman yang saat ini dengan penghasilan yang cukup menggiurkan. Di indonesia penghasilan petani padi dengan petani sawit jika memiliki lahan yang sama penghasilannya jauh lebih besar petani sawit. Jika hanya petani padi yang di wajibkan untuk mengeluarkan zakat maka akan terasa adanya ketidakadilan. Apakah islam seperti itu ? Ada yang menganggap bahwa tanaman sawit itu tidak wajib zakat karna bukan makanan pokok dan bukan juga berupa anggur dan kurma. Dan ada pula yang berpendapat bahwa tanaman sawit itu wajib zakati karna merupakan tanaman yang termasuk dalam kategori usaha produktif. Hal ini juga di dukung oleh ulama kontemporer seperti Dr. Yusuf Qaradhowi.
Terdapat perbedaan ulama dalam mengeluarkan zakat kelapa sawit karana tidak ada penyebutan spesifik dalam al-qur’an dan hadis :
- Madzhab Syafi’i
Dalam kitab al-Majmu Syarah al-Muhazzab oleh Imam Nawawi di sebutkan
وَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِي كُلِّ مَا تُخْرِجُهُ الْأَرْضُ مِمَّا يُقْتَاتُ وَيُدَّخَرُ وَيُنْبِتُهُ الْآدَمِيُّونَ كَالْحِنْطَةِ وَالشَّعِيرِ وَالدُّخْنِ وَالذُّرَةِ وَالْجَاوَرْسِ وَالْأُرْزِ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ
”Wajib mengeluarkan zakat dari setiap hasil tanaman yang dikeluarkan tanah yang termasuk bahan makanan pokok, disimpan dan ditumbuhkan oleh manusia seperti gandum, tembakau, jagung, jawawut, beras dan sebagainya.”[1]
- Madzhab Hanafi
Dalam kitab Fathul Qadir Oleh Kamaludin Muhammad bin Abdil Wahid al-Siwasi
قَالَ أَبُو حَنِيفَةَ: فِي قَلِيلِ مَا أَخْرَجَتْهُ الْأَرْضُ وَكَثِيرِهِ الْعُشْرُ، سَوَاءٌ سُقِيَ سَيْحًا أَوْ سَقَتْهُ السَّمَاءُ، إلَّا الْحَطَبَ وَالْقَصَبَ وَالْحَشِيشَ
”Imam Abu Hanifah berpendapat : Zakat wajib untuk barang yang sedikit atau banyak yang dikeluarkan oleh tanah sepersepuluh baik itu disiram dari air yang berasal dari tanah atau dari hujan kecuali kayu, tebu dan ganja”[2]
Dalam Madzhab Syafi’i kategori tanaman yang wajib di zakati adalah setiap makanan pokok dan bisa di simpan, sedangkan sawit itu bukan makanan pokok maka tidak wajib dizakati. Dalam Madzhab Hanafi tanaman yang wajib dizakati adalah setiap tumbuhan yang keluar dari tanah, jika melihat pendapat Madzhab Hanafi maka tanaman sawit wajib di zakati. Dalam buku dengan judul ”Zakat Kontemporer” yang di tulis oleh Abdul Wahid Al Faizin dituliskan bahwa : Pendapat Madzhab Hanafi juga di dukung oleh ulama kontemporer Syeikh Yusuf al- Qaradhowi yang di sebutkan di dalam kitab fiqh al-zakah. Pendapat madzhab Hanafi juga di jadikan pijakan oleh Badan Amil Zakat Nasional ( BAZNAS ) Indonesia.[3] Dapat di ambil kesimpulan bahwa negara indonesia sudah membawa menuju keadilan dan kesejahteraan masyarakat dengan sistem BAZNAS yang menggabungkan anatara pendapat madzhab untuk kemaslahatan bersama.
[1] Imam An-Nawawi, Majmu’ Syarh Muhadzab, ( Dar fikr, ) jilid 5 hal. 492
[2] Kamaludin Muhammad bin Abdil Wahid al-Siwasi, Fathul Qadir, ( Dar fikr) Jilid 2 hlm 242
[3] Abdul Wahid Al Faizin, Zakat Kontemporer, ( ANP Books, Jakarta ) hlm 153
Febriyanti, Santri Aktif Semester 5.