Pendahuluan
Belakangan ini, sistem ekonomi syariah makin digencarkan oleh pemerintah. Terlebih lagi, minat masyarakat terhadap ekonomi syariah makin meningkat. Istilah ekonomi syariah kini makin sering didengar dikalangan masyarakat, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan tren hijrah dan konten-konten islami di tiktok. Hal ini dikarenakan Ekonomi syariah yang berpegang teguh pada pondasi syariah Islam. Sebelum membahas lebih jauh mengenai ekonomi syariah, alangkah baiknya kita mengenal lebih dekat terlebih dahulu apa itu ekonomi syariah.
Ekonomi syariah merujuk pada sistem ekonomi yang dijalankan sesuai dengan hukum Islam (syariah). Prinsip dasarnya adalah larangan riba (bunga), gharar (ketidakjelasan), dan maysir (spekulasi atau judi). Selain itu, ekonomi syariah menekankan pada prinsip keadilan (‘adl), tolong-menolong (ta’awun), dan distribusi kekayaan yang merata. Instrumen ekonomi syariah mencakup berbagai akad seperti mudharabah (bagi hasil), musyarakah (kerja sama usaha), murabahah (jual beli dengan margin), dan wakaf serta zakat sebagai instrumen sosial.
Ekonomi syariah memiliki peran penting dalam membangun kesejahteraan masyarakat. Salah satu contohnya adalah zakat, infak, dan sedekah yang memiliki dampak langsung terhadap pengentasan kemiskinan. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan lembaga-lembaga Islam berperan menyalurkan dana-dana yang disebutkan tadi kepada mustahik (penerima) dalam bentuk bantuan berupa materi maupun program pemberdayaan ekonomi. Selain itu, konsep wakaf produktif telah dikembangkan untuk membiayai sektor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi mikro. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi syariah tidak hanya bersifat normatif religius, tetapi juga memberikan jawaban dalam persoalan yang ada di masyarakat.
Meskipun potensinya besar, ekonomi syariah masih menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, tingkat literasi masyarakat terhadap produk dan prinsip ekonomi syariah masih rendah. Banyak yang belum memahami perbedaan mendasar antara sistem syariah dan konvensional. Kedua, belum meratanya lembaga keuangan syariah di seluruh wilayah Indonesia membatasi akses masyarakat, khususnya di daerah terpencil. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan edukasi terhadap masyarakat, penguatan SDM ekonomi syariah, serta digitalisasi layanan keuangan syariah. Pemerintah juga perlu mendorong integrasi ekonomi syariah ke dalam kebijakan pembangunan nasional dan memperkuat kerjasama dengan sektor swasta.
Kesimpulan
Jadi jika disimpulkan ekonomi syariah merupakan sistem ekonomi alternatif yang memiliki dasar nilai spiritual dan moral yang kuat, menjadikannya lebih dari sekadar sistem keuangan. Dengan berlandaskan pada prinsip keadilan, dan keberkahan, ekonomi syariah hadir sebagai solusi atas berbagai permasalahan ekonomi modern seperti ketimpangan, eksploitasi, dan ketidakstabilan sistemik.
Di Indonesia, potensi ekonomi syariah sangat besar, mengingat mayoritas penduduknya adalah Muslim. Perkembangan perbankan syariah, pasar modal syariah, serta sektor ekonomi halal seperti makanan, fesyen, dan pariwisata menunjukkan bahwa sistem ini bukan hanya idealis, tetapi juga realistis dan aplikatif dalam konteks ekonomi modern. Kontribusi nyata ekonomi syariah terhadap kesejahteraan masyarakat terlihat dari berbagai instrumen sosial seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Instrumen-instrumen ini mendorong redistribusi kekayaan dan pemberdayaan masyarakat miskin, sehingga ekonomi syariah menjadi sistem yang inklusif dan merangkul semua lapisan masyarakat.
Akan tetapi, masih banyak tantangan yang perlu diatasi. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat dalam membangun ekosistem ekonomi syariah yang kuat, berkelanjutan, dan modern. Dengan semua potensi dan kontribusinya, ekonomi syariah bukan hanya relevan bagi umat Islam, tetapi juga layak dipertimbangkan secara global sebagai model ekonomi alternatif yang lebih beretika, berkeadilan, dan berkelanjutan.
